Malang, 20 April 2025 – Ajang pemilihan Mister Miss Diversity Jawa Timur 2025 yang diselenggarakan oleh FAI MANAGEMENT resmi mencapai puncaknya dengan malam Grand Final yang digelar meriah di Malang Creative Center. Dalam ajang tersebut, nama Novval Qadar Ramazani muncul sebagai pemenang utama di kategori Mister Diversity, mewakili Kota Surabaya dengan prestasi yang membanggakan.
Novval, mahasiswa Ilmu Komunikasi semester 4 dari Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, berhasil mengungguli puluhan peserta dari berbagai kota/kabupaten di Jawa Timur melalui serangkaian seleksi ketat. Proses seleksi dimulai dari tes tulis, wawancara, pra-karantina, karantina, hingga malam Grand Final.
Dalam kompetisi ini, para peserta diuji tidak hanya dalam hal penampilan, tetapi juga intelektualitas, kemampuan berkomunikasi, serta kontribusi sosial melalui advokasi yang mereka usung.
Novval memperkenalkan advokasi bertajuk “NOWweALLone”, sebuah kampanye yang menyoroti isu bahaya bullying terhadap kesehatan mental. Isu ini diangkat berdasarkan pengamatan dan pengalaman pribadi Novval mengenai bagaimana tindakan perundungan dapat memengaruhi kondisi mental seseorang dalam jangka panjang.
“Saya melihat bullying masih dianggap sepele di banyak lingkungan, padahal dampaknya bisa sangat serius bagi korban. Melalui advokasi ini, saya ingin mengedukasi masyarakat dan menciptakan ruang yang lebih aman, khususnya untuk generasi muda,” jelas Novval usai menerima penghargaan.
Visi dan Misi yang Selaras
Tidak seperti ajang pageant pada umumnya yang banyak berfokus pada aspek visual, Mister Miss Diversity justru lebih mengedepankan aspek kontribusi sosial, budaya, dan pemahaman terhadap keberagaman. Hal inilah yang menjadi alasan utama Novval tertarik mengikuti ajang tersebut.
“Apa yang saya sukai dari ajang ini adalah nilai-nilai yang diusungnya. Ini bukan soal kecantikan atau ketampanan, tetapi bagaimana kita bisa menjadi agen perubahan melalui isu yang kita perjuangkan. Saya merasa visinya sejalan dengan nilai-nilai yang saya pegang,” ujarnya.
Keberhasilannya dalam membawa isu ini hingga meraih posisi puncak tidak didapat dengan mudah. Novval harus melalui sesi FGD, debat, speech, dan akhirnya QnA di babak Top 2. Di setiap tahap, ia menunjukkan konsistensi dalam menyuarakan gagasannya, sekaligus membuktikan bahwa keberagaman bukanlah hambatan, melainkan kekuatan.
Memenangkan gelar Mister Diversity bukan sekadar pencapaian pribadi bagi Novval, tetapi juga tanggung jawab sosial. Ia mengungkapkan bahwa gelar tersebut menjadi amanah untuk terus menyuarakan hak-hak masyarakat, khususnya yang belum terdengar.
“Saya tidak hanya membawa nama sebagai pemenang, tapi juga membawa misi yang lebih besar. Saya ingin terus berkontribusi untuk Jawa Timur, khususnya Kota Surabaya, dengan mengedepankan isu-isu yang mungkin selama ini terabaikan,” tutur Novval.
Ia menambahkan bahwa keberagaman harus dijadikan sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam konteks menuju visi Indonesia Emas 2045, generasi muda harus mengambil peran strategis dalam membangun masyarakat yang inklusif dan toleran.
Menjadi mahasiswa aktif sekaligus peserta ajang kompetisi tentu bukan hal mudah. Namun, Novval telah membuktikan bahwa dengan manajemen waktu yang baik, keduanya dapat dijalani secara seimbang.
“Saya sudah punya jadwal kuliah yang jelas, jadi setelah fokus di kompetisi ini, saya akan kembali menata waktu untuk belajar dan mengembangkan advokasi saya di waktu luang. Semua bisa dijalankan asal ada kemauan dan disiplin,” katanya.
Rencana Menuju Nasional dan Pesan untuk Generasi Muda
Sebagai pemenang Mister Diversity tingkat provinsi, Novval selanjutnya akan mewakili Jawa Timur di ajang Mister Diversity Nasional. Ia berharap bisa membawa nilai-nilai yang telah ia perjuangkan ke tingkat yang lebih luas.
“Grand final kemarin memberikan gambaran bahwa saya harus lebih siap menghadapi level nasional. Saya tidak hanya membawa nama daerah, tapi juga membawa pesan keberagaman dan pentingnya kesadaran kesehatan mental,” ungkapnya.
Sebagai penutup, Novval memberikan pesan inspiratif kepada anak-anak muda yang memiliki keinginan untuk mengikuti ajang serupa. Ia mendorong mereka untuk tidak hanya fokus pada gelar, tetapi juga pada nilai dan dampak dari advokasi yang mereka perjuangkan.
“Kalau kamu punya niat dan sudah yakin, jalani saja. Percaya diri itu penting, tapi juga harus diiringi dengan aksi nyata. Mulailah dari hal-hal kecil, mulai dari lingkungan sendiri. Dan yang paling penting, bangun branding dirimu dengan nilai yang kamu perjuangkan,” pesannya.